« »
« »
« »
Get this widget

6.07.2011

Komponen Dalam Sistem CTL

1
Membuat Keterkaitan-Keterkaitan yang Bermakna > < Berbasis Masalah


Dalam pembelajaran CTL guru bukan sebagai pusat imformasi, tetapi mengarahkan siswa untuk memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, agar materi yang diajarkan guru hendaknya menyentuh dalam kehidupan siswa. Baik dalam kehidupan dirinya, keluarga, dan orang lain (masyarakat). Ketika murid dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik seperti belajar wudhu’. Dengan materi yang diajarkan guru ini, siswa dapat menemukan makna belajarnya. Hal ini dapat memberi mereka alasan untuk belajar. Dengan belajar system CTL melalui komponennya, membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna materi ajar yang diterima siswa bukan sekedar khayalan yang diotaknya, sehingga belajar hanya sekedar menghafal dan teori belaka.


Untuk siswa sampai dapat mengerjakan materi yang diajarkan, hendaknya guru mengajar dengan menggunakan metode yang dapat merangsang otak siswa. Metode yang dapat digunakan di antaranya metode berbasis masalah Tujuannya agar siswa dapat berpikir, berkreasi dan menemukan sendiri permasalahan muncul. Masalah tersebut bisa dimunculkan oleh siswa maupun guru.

Guru dan siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok. seperti mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

2

Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti >< Catatan Kolektif



Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa. Hal ini bisa tidak dapat berarti apa-apa tanpa dibarengi dengan catatan kolektif.

3
Mencapai Standar yang Tinggi > < Papan Buletin


Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan. Tiap siswa bias mencapai keubggulan, asalkan bias dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi kekuatannya. Hal ini guru bisa lakukan dengan materi tulis indah kaligrafi dan berbagai kreasi lainnya. Kemudian hasil dari kreasi siswa ini dipajang dikelas. Hal ini lah disebut dengan papan bulletin. Papan buletin merupakan papan khusus digunakan untuk mempertunjukkan contoh-contoh pekerjaan siswa, gambar, bagan, poster dan objek dalam bentuk tiga dimensi.

Papan bulletin digunakan untuk menggambarkan penampilan umum dari suatu kelas. Karena itu harus menarik, rapi, up to date, dan dinamik. Papan buletin menampilkan suatu aktivitas belajar yang sedang berlaku di ruangan itu. Oleh karenanya harus mempunyai fungsi pendidikan.

4
Menggunakan Penilaian Yang Otentik > < Metode Inkuiri


Tujuan dari penilaian adalah untukmengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain dan untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi. Penilaian otentik merupakan suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan. Penilain ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode inkuir (menemukan sendiri).

Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari. Contohnya siswa disuruh untuk mencari rukun iman.

5
Bekerja Sama > < Simulasi


Siswa dapat bekerjasama. Guru membantu siswa bekerjasama secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi. Dengan adanya kerja sama dapat membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bahwa apa yang mereka lakukan mempengaruhi orang lain; membantu mereka berkomunikasi dengan orang lain. Cara belajar seperti ini efektifnya menggunakan metode simulasi. Mengapa? Metode simulasi merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Jadi, sangat tepat belajar gaya belajar kelompok dengan menggunakan metode simulasi.


Ada beberapa jenis model simulasi ini. Di antaranya bermain peran (role playing), sosiodrama, dan permainan simulasi (Simulasi games. Dalam pembelajarannya siswa bermain peran sesuai dengan peran yang ditugaskan sebagai balajar membuat suatu keputusan. Contohnya adalah membuat dramatisasi adab bertamu. Di mana guru menunjuk beberapa siswa. Kemudian ia latih dan beri materi praktek dalam bertamu. Setelah sesuatunya sudah dipersiapkan, siswa yang dipersiapkan tampil untuk memperaktekkan adab bertamu dalam bentuk drama.